Konstantinopel adalah kota yang
dijanjikan bagi kaum Muslim seperti telah diberitakan Rasulullah SAW
beberapa abad sebelumnya. Menaklukkan Konstantinopel adalah kerinduan
kaum Muslim yang untuk memperolehnya dibutuhkan lebih dari delapan abad.
Membutuhkan usaha yang luar biasa mengingat Konstantinopel adalah kota
imperium terbesar di zamannya dengan pertahanan luar biasa kokoh.
Gabungan keyakinan utuh seorang Muslim, kebulatan tekad, usaha keras tak
kenal menyerah, strategi perang jitu dan kesabaran lah yang menjadikan
seorang Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkannya. 29 Mei 1453.
Membaca buku setebal 318 halaman ini tak
ubahnya seperti membaca sebuah novel yang menawan bahkan saya nyaris tak
ingat bahwa sebenarnya saya sedang membaca buku shiroh. Gaya bahasa
runut, mengalir serta penggambaran latar tempat dan waktu yang kuat
sepanjang tujuh belas bab membuat pembaca seperti hanyut dalam setiap
kisah yang diceritakan, mengikuti kejadian demi kejadian tanpa merasa
bosan. Banyaknya ilustrasi yang ada pada buku bersampul kuning ini dan
merujuk pada referensi yang sedemikian banyak seperti disebutkan dalam
Daftar Pustaka menjadikan buku ini begitu kaya. Begitu indah.
Sejarah pasti akan berulang. Belajarlah
dari sejarah. Belajarlah dari kegigihan kaum Muslim menaklukkan
Konstantinopel setelah berjuang beberapa abad, belajarlah dari
keberanian kaum Muslim yang tak takut mati demi membela kehormatan
agama, belajarlah dari kesalehan dan strategi Muhammad Al Fatih menempa
dirinya sekian lama, belajarlah dari kearifannya sebagai seorang
pemimpin bagi semua kaum, belajarlah sebagai seorang Muslim yang
sepenuhnya berserah dan tunduk kepada-Nya dan apapun yang Dia tentukan.
Felix Siauw, seorang mualaf, meracik kata
demi kata dengan piawai. Pemilihan kata yang digunakan tak sekadar enak
untuk dibaca tetapi lebih dari itu, kata-kata yang digunakannya
menyebarkan semangat (ghirah) keislaman yang tinggi. Bacalah dan
rasakanlah kekuatan kata demi kata.
Buku ini ditutup dengan epilog yang amat indah (bagian yang paling saya suka dari buku ini), paragraf pertama epilog,
“Ketika ada yang bertanya kepada saya,
sikap mental apakah yang paling menonjol pada seorang Mehmed Al-Fatih,
saya segera menjawab “see beyond the eye can see”, Melihat lebih
daripada yang bisa dilihat oleh mata. Lebih jauh lagi, bahkan saya
katakan ini adalah sikap mental yang terkait dengan inti ajaran Islam,
aqidah Islam. Sebagian besar perkara keimanan di dalam Islam tidak dapat
dilihat oleh mata dalam meyakininya menuntut seseorang untuk bisa
melihat lebih dari mata. Eksistensi Allah, Malaikat, Hari Kiamat, Surga
dan Neraka dan perkara-perkara lain yang tak kasat mata,(halaman 290).
Berikut kata bijak lainnya dalam buku ini:
-
Ada cara yang menyenangkan untuk mengubah kepribadian Anda menjadi selevel para ksatria Islam yang terpisah zaman dan waktu, bacalah sejarah (hal. X)
-
Bukanlah suatu perubahan yg mudah dari pejuang gurun pasir ke pejuang laut,hanya ksatria berkeyakinan langit yg bisa (hal. 17)
-
Kita tidak memerangi musuh karena jumlahnya, kekuatannya dan banyaknya pasukan. Kita tidak memerangi mereka kecuali karena agama ini yang mana Allah memuliakan kita dengannya (Abdullah bin Rawahah, hal. 103)
-
Sejarah mencatat bahwa daerah yang dibebaskan kaum Muslim akan menjadi lebih sejahtera daripada sebelumnya, sebagai bukti ketinggian Islam dan sebagai argument tak terbantahkan bahwa Islam bukan menjajah dan mengeksploitasi, melainkan membebaskan dan membawa ummatnya menuju kemuliaan hidup (hal. 104)
-
Pasukan yang terbaik tidak hanya tersusun dari potensi individu yang baik, tetapi juga karena keteraturan dan ketakwaan kepada Allah swt, Dzat pemberi kemenangan (hal. 105)
-
Bahwasanya seorang hamba itu sekadar merancang sedangkan yang menentukan adalah Allah dan ketentuan semuanya ada di tangan Allah (hal. 173)
-
“Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang pernah dilakukan oleh Alexander The Great” (hal. 182)
-
Jika kita tidak mengalahkan mereka dengan ketaatan kita, mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka (hal. 229)
-
Bila saja dia (Muhammad Al Fatih) hidup 20 tahun lebih panjang, tentunya tidak ada lagi Eropa dengan Kristennya (hal. 273)
-
Para ahli di masa kini berpendapat bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara anakanak yang membaca biografi tokoh-tokoh hebat dengan anak-anak yang tidak membacanya pada pembentukan mental dan prestasi yang dicapainya (hal. 283)
-
Seandainya seluruh dunia berkata bahwa Konstantinopel tidak akan bisa ditaklukkan, selama Muhammad saw berkata “bisa” maka bagi Mehmed II itu sudah cukup (hal. 292)
-
Whatever it takes for the sake of Allah, dia melakukan apapun yang harus dilakukan demi Allah (hal. 311)
-
“Nak atau tak nak? Kalau Nak; 1000 Daye, Kalau Tak Nak; 1000 Daleh!” (hal. 312)
No comments:
Post a Comment